Lhokseumawe, 26 September 2019 Dr. Suryani, M.Si menyampaikan orasi ilmiah di depan tamu, undangan dan peserta yudisium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Ke-V. Dalam orasinya yang bertema “Pembentukan Hard dan Soft Skill Mahasiswa menghadapi Era Disrupsi 4.0, Dr. Suryani menekankan pentingnya pengajaran keahlian teknis (soft skill) yaitu pembentukan karakter, integritas, kemampuan berkomunikasi dan team work dalam menyongsong Era Disrupsi 4.0.
Berikut ini orasi lengkap yang disampaikan dihadapan civitas akademika
Orasi ilmiah ini disampaikan pada upacara Yudisium Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Lhokseumawe pada hari Kamis, 26 September 2019 (27 Muharram 1441H). Dalam orasi ilmiah tersebut, Dr. Suryani, M. Si memberikan gambaran pada seluruh peserta yudisium mengenai era disrupsi 4.0. Fenomena yang sedang tren 5 tahun terakhir ini menggambarkan terjadinya peralihan besar-besaran dari aktivitas fisik di dunia nyata menjadi aktivitas fisik di dunia maya. Tentunya hal ini menjadi sebuah tantangan bagi generasi masa kini terutama para peserta yudisium yang hadir. Pada era ini telah banyak terjadi peralihan peran dari manusia yang selama ini dominan dalam berbagai aktivitas kehidupan ke ranah teknologi, seperti: keberadaan dompet digital dalam dunia ekonomi yang menjadi tren, kemudahan akses digital dalam transportasi dan kuliner dan lain-lain. Selain berbagai kemudahan yang ditawarkan dari berbagai lini, berlangsungnya era disrupsi saat ini membawa tantangan mengenai eksistensi manusia dalam bidang pekerjaan di masa depan. Peningkatan kualitas SDM pada bidang ketenagakerjaan di berbagai perguruan tinggi sangat ditekankan. Hal ini harus dilakukan agar tidak terjadi gap antara kebutuhan perusahaan dengan kualitas jumlah tenaga kerja yang ada saat ini. Perguruan tinggi pada saat ini dituntut untuk menyiapkan lulusan dengan hard skill dan soft skill yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pertanyaan selanjutnya adalah, “What Should We Do to Face Disruption Era”?, “Apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk menghadapi era disrupsi 4.0 khususnya dalam hal ketenagakerjaan”?. Pembentukan hard skill pada proses pengajaran di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan penggunaan teknologi agar tercipta daya saing dan inovasi. Namun, pembentukan kualitas hard skill tersebut tidaklah cukup. Diperlukan keahlian teknis (soft skill) yaitu pembentukan karakter, integritas, kemampuan berkomunikasi dan team work (kemampuan untuk bekerja sama) perlu ditambahkan, dikembangkan dan diwujudkan. Perbedaan nyata ini baru akan terasa seiring berjalannya waktu. Hard skill dapat luntur dengan perkembangan zaman melainkan soft skill tidak. Beberapa hal dalam ranah soft skill seperti: karakter, integritas, etos kerja dan kemampuan bekerjasama selamanya akan tetap dibutuhkan oleh berbagai perusahaan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komitmen bersama dalam dunia pendidikan dan sinergitas dengan pemerintah terkait regulasi peningkatan SDM. Hal ini sejalan dengan ayat pertama yang diturunkan Allah SWT dalam surat Al-‘Alaq ayat 1 terkait pendidikan, bahwa setiap hal memerlukan proses belajar yang didahului dengan membaca. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai transfer ilmu namun juga upgrade kualitas SDM, tidak hanya menjadikan seseorang menjadi lebih cerdas, pintar dan terdidik, namun mendorong untuk menciptakan kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih luas dan lebih baik.
Mengutip ungkapan dari Imam Syafi’i: “Siapa saja yang menginginkan kesuksesan di dunia, maka wajib adanya ilmu. Siapa saja yang menginginkan kebahagiaan di akhirat, juga dengan adanya ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan kesuksesan dan Kebahagian di dunia dan di akhirat, itu juga dengan adanya ilmu”.
Tanggung jawab sebagai mahasiswa memang telah usai, namun tanggung jawab terhadap ilmu dan gelar selalu ada serta menunggu pemanfaatannya pada berbagai profesi dalam berbagai bidang, karena manusia terbaik adalah yang paling banyak dirasakan manfaat kehadirannya.